Sekantong Darah Penyambung Nyawa
Perkenalkan nama saya Oki
Dermawan, seorang putra minang yang kini berkarir sebagai dosen di UIN Lampung.
Masa kecil hingga lulus SMA saya habiskan di kota Bukittinggi, setelah lulus
SMA saya melanjutkan kuliah ke IAIN Jakarta. Saat itu usia saya masih 18 tahun,
disinilah saya memulai perjalanan saya menjadi relawan donor darah. Sebagai
seorang relawan donor darah, awalnya, saya terinspirasi oleh ceramah seorang
mubaligh yang menyebutkan خَيْرُ النَّاسِ
أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” Hadist
Riwayat Ahmad. Keinginan sederhana untuk berkontribusi
positif pada sesama, namun, perjalanan ini tumbuh menjadi suatu pengalaman yang
sangat emosional dan penuh makna. Pada usia 18 tahun tersebut, saat itu awal
saya kuliah di Ibu Kota adalah saat-saat dimana saya mulai memahami betapa
beruntungnya saya memiliki kehidupan yang sehat dan diberi tubuh yang sempurna,
rejeki yang begitu banyak dari sang pencipta. Itulah saat pertama kali saya
menyadari bahwa darah saya ini bisa bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.
Saya mendaftar sebagai relawan donor darah di PMI Salemba Jakarta, untuk
mencapai lokasi PMI tersebut dari Ciputat tempat saya kuliah harus naik bis
Bianglala dan menempuh waktu lebih satu jam, ketika itu perasaan saya campur
aduk, ada takut karena belum pernah diambil darahnya dengan jarum suntik yang
ukuran nya lumayan besar. Ada perasaan bahagia karena sebentar lagi darah saya
ini akan bisa jadi penyambung nyawa bagi saudara saya yang membutuhkan. Pada
saat mendapati diri saya berada di kursi donor, siap memberikan sebagian kecil
dari diri saya untuk orang lain ketika itu pula saya berketad dalam hati,
peristiwa ini akan saya kenang seumur hidup dan akan terus saya lakukan kembali
secara rutin insya Allah. Alhamdulillah setiap tiga bulan saya kembali lagi ke
PMI Salemba sambil bergelantungan naik bis Bianglala menembus macetnya ibu kota
ditengah rutinitas saya kuliah, sambil mengajar di TPA dan sambil belajar
bisnis kecil kecilan juga waktu itu. Melihat adiknya rutin pergi donor darah,
membuat abang saya yang juga mahasiswa di kampus yang sama akhirnya juga ikut
jadi relaan donor darah. Alhamdulillah saat ini saya dengan abang sama-sama
dosen di UIN Lampung dan insya Allah beliau sedang menunggu SK Guru Besarnya
turun, jika tidak ada halangan Desember 2023 ini SK Tersebut akan turun.
Sejak
saya mulai menjadi relawan donor darah, saya merasakan transformasi yang
mendalam. Awalnya, rasanya seperti tanggung jawab kecil, namun seiring
berjalannya waktu, saya mulai menghargai dampaknya yang lebih besar. Saat
melihat kantung darah yang penuh, saya menyadari bahwa setetes darah saya dapat
menjadi harapan bagi seseorang yang sedang berjuang untuk hidup. Pernah satu
ketika saya dapat SMS ucapan terimakasih dari pasien yang saya berikan darah,
di SMS tersebut disampaikan bahwa keluarga nya yang mendapatkan donor darah
sudah kembali sembuh, seketika itu saya rasakan bahagia luar biasa, tidak bisa
diungkapkan dengan kata kata. Membuat saya semakin membulatkan tekat untuk
tidak pernah absen donor darah bahkan kalau bisa donor darah ini jangan tiga bulan
sekali, saya pengen lebih sering lagi. Alhamdulillah doa saya diijabah, mulai
tahun lalu keluar kebijakan dari PMI bahwa donor darah bisa dilakukan per dua
bulan dan saya selalu mengingat kapan tanggal kembali donor agar jangan telat
satu haripun.
Dalam
perjalanan saya sebagai relawan donor darah, ditahun tahun awal saya lalukan di
Jakarta, ketika sudah lulus kuliah saya donor di kampung halaman, ketika saya
pindah kota karena lulus PNS di Lampung, donor darah saya dilaksankan di
Lampung, ketika melanjutkan studi S3 di Bandung, pun donor saya laksanakan di
Bandung. Pada saat saya berkesempatan short course di USA tahun 2011
alhamdulillah saya sempat donor darah disana satu kali.
Pada
saat berkesempatan lagi short term
training ke Jerman, saya ingin kembali meninggalkan darah saya disana, tapi
sayang kebijakan di Jerman tidak menrima darah dari pengunjung asing.
Alhamdulillah Allah kasih rejeki saya bisa belajar di Auckland, New Zealand
selama 3 tahun disaat itu secara rutin pula saya donor darah disana.
Pasien
yang pernah menerima donor darah diantaranya pasien tabrakan, ada pasien cuci
darah, juga ada seorang ibu hamil yang sedang mengalami komplikasi. Saat itu,
saya menyadari bahwa apa yang saya lakukan bukan sekadar rutinitas, melainkan
sebuah perbuatan yang dapat menyelamatkan nyawa. Wajah bahagia keluarga yang
menerima darah saya, itu priceless dan menjadi dorongan besar untuk terus
melangkah.
Sekarang,
setelah saya 87 kali menyumbangkan darah, saya melihat perjalanan ini sebagai
bagian integral dari kehidupan saya. Meskipun awalnya saya hanya melakukannya
sebagai kegiatan sukarela, kini telah menjadi panggilan hati yang tak
terelakkan. Saya mengingat setiap kali saya melangkah ke pusat donor darah,
saya membawa harapan bagi mereka yang membutuhkan.
Sebagai
seorang dosen yang memiliki ratusan mahasiswa setiap semesternya, muncul ide
untuk menjadikan donor darah sebagai bagian dari tugas mata kuliah yang saya
ampu. Awalnya berupa himbauan agar mahasiswa mau mengikuti jejak saya,
alhamdulillah dalam satu kelas ada satu atau dua anak yang terpanggil.
Belakangan ini peraturan nya saya rubah menjadi setiap mahasiswa yang ikut mata
kuliah saya wajib donor darah, sehingga hampir semua mahasiswa saya saat ini
jadi relawan donor darah kecuali sebagian kecil yang terkendala kesehatan dan
kurang berat badan saja yang tidak ikut donor. Sampai satu ketika datang
telepon dari PMI, menanyakan apa betul ini dengan bapak Oki Dermawan dosen UIN
Lampung? Iya betul jawab saya. Bapak kami undang ke kantor PMI karena kami
ingin berterimakasih. Saya bingung kenapa PMI mau berterima kasih ya? padahal
saya gak pernah mengenalkan diri saya selama ini. biarlah saya jadikan donor
darah ini sebagai amalan kecil yang saya persembahkan kepada sang Khalik kelak
di yaumul hisap, karena Rasulullah SAW pernah bersabda أَحَبَُ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ “Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu
meski sedikit.” (Hadist Riwayat Muslim). Akhirnya pihak PMI menjelaskan kenapa
mereka sampai tau no HP saya, karena mahasiswa UIN berbondong-bondong datang ke
PMI untuk jadi relawan donor darah, pihak PMI kewalahan sekaligus senang karena
saat ini sudah sangat menurun akalangan nak muda yang tertarik untuk jadi
relawan donor darah, sedangkan permintaan darah terus meningkat sampai
kehabisan stok. Dengan ramainya anak muda ikut donor darah ini, menarik
perhatian pimpinan PMI lalu bertanya, kenapa adik-adik ramai sekali donor
darah? Apakah ada sebuah program? Mahasiswa tersebut menjawab, kami diwajibkan
oleh dosen kami untuk jadi relawan donor darah sebagai tugas mata kuliah. Pihak
PMI sangat senang karena belum pernah ada dosen yang punya program seperti in,
dan ini luar biasa, perlu diapresiasi, oleh kareana itu saya ditelpon dan
diminta datang ke kantor PMI untuk diberi penghargaan langsung dari pimpinan
PMI Bandar Lampung ibu Sri Berkarina.
Tentu
saja, perjalanan donor darah ini ini tidak selalu berjalan mulus. Ada saat-saat
dimana kesehatan saya sendiri tidak memungkinkan untuk mendonorkan darah.
Namun, dalam momen-momen sulit itulah menjadi alarm buat tubuh ini, bahwa harus
terus menjaga stamina dan kesehatan tubuh agar bisa rutin mendonorkan darah. Menjadi
pendonor darah, secara tidak langsung kita sudah memeriksakan kesehatan kita
secara rutin karena dokter mengukur berat badan kita, tensi, HB dan darah kita
juga diambil beberapa CC untuk diperiksa apakah layak untuk digunakan atau
tidak, jika ada penyakit yang terdeksi disana, maka pihak PMI tidak menggunakan
darah tersebut dan kita ditelpon untuk datang dan dijelaskan tentang adanya
penyakit yang terdapat dalam darah serta dirujuk untuk diobati. Jadi,
sebenarnya donor darah bukan hanya bermanfaat bagi mereka yang menerimanya,
namun juga bagi si pendonor darah agar cepat terdeteksi apabila ada penyakit
berbahaya yang terdeteksi di dalam darahnya. Manfaat lain yang saya rasakan
menjadi pendonor darah ini, badan lebih sehat, nafsu makan bagus, muka juga
terlihat lebih fresh karena darah kita terus beregenerasi dan mengeluarkan
toxic yang ada di darah tersebut.
Melalui gerakan donor darah bersama mahasiswa ini, saya tidak hanya berkontribusi
dalam menyelamatkan nyawa manusia tetapi juga membangun masyarakat yang peduli.
Saya telah menjadikan banyak mahasiwa yang terinspirasi dan akhirnya ikut serta
sebagai relawan donor darah.
Bersama-sama, kita membentuk komunitas yang memiliki semangat kepedulian dan
kesadaran akan pentingnya memberikan darah. Ketika satu mahasiswa memposting
aktifitas gerakan donor lalu dilihat beberapa puluh atau mungkin ratus orang,
begitu seterusnya, semakin banyak mereka mempublikasikan kegiatan posistif ini,
maka semakin banyak pula yang mulai tergerak dan ambil bagian. Jadi seperti
efek bola salju yang terus mengelinding hingga tidak mustahil satu hari nanti
PMI Bandar Lampung menjadi PMI yang surplus darah dan bisa membatu daerah
disekitanya yang masih kekurangan darah.
Donor
darah bukan hanya tentang memberikan darah fisik, tetapi juga tentang
memberikan kehidupan, harapan, dan kasih sayang. Setiap kantung darah adalah
kisah hidup yang mengalir dari satu individu ke individu lainnya. Terkadang
saat menjelang tidur saya menerawang, ya Allah sudah 7 tahun saya meningalkan negara
New Zealand tapi darah saya masih mengalir dalam tubuh orang yang berada di sana
ya Allah. Bahagian tubuh saya masih tertinggal disana, masya Allah. Semoga
orang-orang yang mengalir darah saya dalam tubuhnya, mendapat hidayah Mu ya
Allah, dan jadi syafaat bagi saya terhindar dari siksa api neraka aamiin. Saya
menyadari bahwa dengan memberikan darah, saya memberikan kesempatan bagi orang
lain untuk memiliki momen-momen berharga dalam hidup mereka. Setiap helaan
nafas nya semoga jadi jalan dimudahkan nya segala urusan saya. Kalau boleh
dibilang, banyak sekali keajaiban dalam hidup saya semua ini terjadi pasti atas
izin Allah. Sebagai contoh, saya yang bukan anak yang memiliki prestasi dan kecerdasan
akademik di sekolah, rangking kelas saat SMA saya hanya 23 dari 42 orang siswa dalam
satu kelas, dua kali ikut tes UMPTN masuk UI gagal, alhamdulillah saat ini bisa
jadi seorang dosen PNS tersertifikasi dengan pendapatan alhamdulillah cukup,
apalagi saat krisis dan banyak orang kehilangan pekerjaannya, Allah tetap kasih
saya rejeki yang lancar, disaat banyak orang yang mendambakan bisa berangkat ke
luar negeri dalam hidupnya, saya bisa berangkat lima kali ke luar negeri, tidak
hanya berlibur, tapi sambil juga dapat ilmu dan terlebih lagi berangkatnya
dengan beasiswa. Saat saya menulis ini pun, saya sedang berada di Istambul
Turkey berangkat dengan skema Short course research methodology dari
Kemenag Pusat selama dua minggu.
Rasanya
perjalanan hidup saya yang banyak mendapat kemudahan dan nikmat yang tidak
terhingga selama ini akan mustahil didapat jika bukan atas izin Allah. Apakah
ini ada kaitan nya dengan doa doa orang yang selama ini sudah kembali sehat
setelah berjuang dalam sakitnya lepas dari maut, karena kita tidak pernah tau
dari doa siapa yang Allah ijabah, wallahu alam bissawab.
Perjalanan
Panjang jadi relawan donor darah selama 25 taun ini tidak hanya menjadi
inspirasi bagi cirlcle kecil saya, tetapi juga telah mengubah saya sebagai
individu. Saya belajar banyak untuk lebih bersyukur, lebih peka terhadap kebutuhan
orang lain, dan lebih menyadari bahwa tindakan kecil dapat memiliki dampak yang
luar biasa bagi kemanusiaan. Donor darah telah membentuk nilai-nilai dan
karakter dalam diri saya. Dengan donor
darah yang saya lakukan beserta mahasiswa yang mulai bergerak menjadi relawan
donor darah, saya bermimpi kelak dikemudian hari, masyarakat lebih sadar akan
pentingnya donor darah, dimana setiap orang merasa memiliki tanggung jawab
untuk berbagi kehidupan mereka. Saya berharap dapat menginspirasi generasi mendatang
untuk melanjutkan perjuangan ini. Jika ada pesan yang ingin saya sampaikan
kepada dunia, itu adalah bahwa memberikan darah adalah investasi besar dalam
kemanusiaan. Meskipun kita mungkin tidak melihat langsung siapa yang menerima
darah kita, namun kita tahu bahwa kita telah berkontribusi pada kehidupan
seseorang di luar sana. Jadi, mari bersama-sama menjadi pelaku dan memberikan
darah untuk membangun masa depan yang lebih baik. Donor darah bukan sekadar
tindakan medis, melainkan sebuah perjalanan panjang yang membangun jembatan
antara kehidupan kita dan kehidupan orang lain. Setelah 87 kali donor darah ini,
saya menyadari bahwa hidup ini lebih berarti saat kita berbagi dengan orang
lain. Melalui setiap kantong darah yang saya berikan, saya menemukan makna
sejati dari kehidupan bahwa berbagi darah tanpa pamrih dengan sesama meski kita
tidak mengenalnya akan sangat besar manfaatnya karena kita sudah menyelamatkan
nyawa sesama manusia. Allah berfirman dalam Surah Al Maidah Ayat
32 yang artinya : siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia
seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Demikian besar pahala yang Allah siapkan
bagi mereka yang berkontribusi terhadap menyelamatkan nyawa manusia, termasuk kita
para relawan donor darah, karena sekantong darah yang dibutuhkan pasien yang
sedang berjuang dalam sakitnya tidak bisa digantikan oleh apapun. Belum ada
ditemukan di dunia ini, penganti darah bagi pasien yang sedang membutuhkan.
Artinya darah yang kita berikan betul betul penyelamat nyawa bagi mereka yang
sedang berjuang dalam sakitnya. Akhir kata saya mengucapkan terimaksih pada
diri saya sendiri, wahai Oki Dermawan, terimaksih yaa.. kamu hebat banget
selama 25 tahun ini sudah jadi anak baik yang rela meberikan darah kepada
siapapun, dimanapun, semoga kamu tetap istiqomah ya sampir akhir hayat. Kamu
luar biasa, terimakasih banyak
Istmabul 11 Desember 2023
Comments
Post a Comment